Sabtu, 25 Desember 2010

Younghusbands Sedang Jatuh Cinta dan Markus Ingin Seperti Neil Etheridge ?

Bola itu bundar dan dapat dianalisis dari berbagai sisi. Menyaksikan pertandingan Indonesia dan Philipina yang kedua saya melihat perbedaan yang sangat mencolok dari  sosok Younghusband bersaudara. Pada pertandingan yang pertama keduanya terlihat sangat  temperamental. Kena senggol pemain Indonesia sedikit saja maunya mengajak berantem dan cara bermainnya kemudian menjadi lebih brutal. Saya saat menonton melalui layar televisi pun berulang-ulang (berniat) memberi nasehat pada pemain Indonesia untuk tidak usah dekat-dekat dengan mereka yang seperti gunung siap meletus. Lebih baik fokus mencari bola dan mencetak gol dari pada buang-buang waktu saling dorong dengan mereka, kan?


Namun apa yang terlihat pada pertandingan kedua? Mereka  lebih manis dan berusaha untuk lebih bisa mengendalikan emosi. Teman saya berkomentar, ” Kemarin Ia diwawancara,Mbak. Saat  ke mall Ia sebenarnya takut dengan orang-orang Indonesia tapi ternyata orang Indonesia sangat ramah jika Ia terlebih dulu senyum pada orang Indonesia”.Ooo, begitu….Sayang sekali saat itu saya tidak menonton tayangannya. Jadi, sikap mereka lebih lembut di lapangan apakah karena telah mengetahui bahwa masyarakat Indonesia sangat ramah bahkan pada “musuh” mereka ? Ataukah Ia ditaksir atau sedang naksir gadis Indonesia? Wah, kalau yang terakhir ini saya menjamin Ibu dan keluarga mereka pasti akan sangat mendukung. Mengapa? Secara fisik mereka akan sangat “laku” disini. Bisa jadi juga berbagai produk akan mempercayakan pada mereka untuk sebagai model. Jadi,karir sebagai pemain sepak bola, model iklan, maupun urusan keluarga bisa berjalan lancar. Bukankah demikian?Dan ingat juga Maribeth sang Denpasar Moon pun merasa at home meski belum beruntung menemukan pasangan hidupnya disini (Ayo, para penggemar sepak bola ada yang mau serius dengan Maribeth?).


Lalu mengenai Markus yang saya lihat sering kali ingin meniru Neil Etheridge, yaitu mengejar bola sampai jauh dari gawang. Kalau Neil bisa demikian karena di kanan dan kirinya sepi dan tidak penuh pemain lawan, tapi Markus ? Kanan, kiri,depan banyak pemain lawan koq masih juga ingin pergi jauh dari gawang. Yak,opo…kata teman dari Surabaya. Untung saja para pemain belakang kita siap mengamankan gawang dan untungnya juga mereka masih ingat kalau mereka bukan penjaga gawang. Bisa berabe kalau mereka tiba-tiba langsung merasa sebagai penjaga gawang dan menangkap bola yang mengarah ke gawang menggunakan tangan, kan? Aduh Markus, sudahlah….Kiki Amalia tetap cinta sama anda koq meski anda tidak setampan dan seputih Neil Etheridge. Tenang saja…Iya kan, Ki?


Mengenai Greatwitch yang mendapat hadiah “angpao” (kartu merah) dari wasit  teman saya langsung teriak,”Mampus lu!” (eh,nggak boleh…mereka tamu kita. Harus sopan dengan tamu, Sist..).Meski memang kita sebagai penonton gemas juga dengan ulah dia dan juga ulah Del Rosario yang selalu memancing-mancing emosi pemain Timnas kita. Teman saya tanya lagi,” Eh, Mbak…Katanya dia dari New Jersey AS, koq pinoy banget ya?” Wah, kalau itu saya tidak bisa jawab. Prosentase kan Tuhan yang atur. Siapa tahu jatah  dia 90%-nya yang dari Philipina.


Nah, pertandingan Timnas kita dengan Timnas Philipina yang banyak menyita perhatian  telah selesai.Tiba saatnya kita memberi dukungan penuh pada Timnas yang akan bertanding melawan Timnas Malaysia. Jangan mau kalau kalian di klaim oleh mereka,ya? Apalagi sampai diklaim bahwa Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, dan Christian Gonzales adalah warga negara Malaysia. Jangan mau, pokoknya…Take care and Good Luck!



(Tulisan ini saya buat karena pertandingan Indonesia vs Philipina telah selesai dan Indonesia memenangkannya. Kalau belum, saya tidak bisa serileks ini. Mohon tidak diambil hati. Sekedar share saja)

From :

Minggu, 12 Desember 2010

Ogah Berharap Lagi Pada Piala AFF

Tanggal 16 Desember besok Timnas Indonesia kembali berlaga di ajang Piala AFF, kali ini akan bertanding melawan Philipina. Tentu Philipina lebih baik dibanding dengan lawan-lawan sebelumnya, beberapa pemain juga  merumput di Inggris. Ingin rasanya saya tetap mengelu-elukan Tim Merah Putih kita bahkan sangat berharap kita menjadi juara. Tapi, sudahlah…..Saya harus mengubur dalam-dalam keinginan saya dari pada sakit hati.

Pada laga sebelumnya, saat Indonesia bertanding melawan Thailand spirit saya masih berkobar. Setiap perkembangan informasi saya ikuti, siaran langsung di televisi pun wajib saya tonton. Merasa wajib itulah yang akhirnya justru membuat ngilu hati saya. Sejak pagi hari agenda telah saya susun untuk hari itu yaitu jam 5 sore saya akan mengisi buku raport anak-anak, jam 7 menonton siaran langsung Piala AFF, tidur malam, dan jam 2 pagi akan melanjutkan mengisi buku raport sambil sekalian merapikan karya-karya anak selama sepekan Perayaan Soal. Namun apa yang terjadi ?

Depppp…..! jam 6 sore listrik padam. Sontak saya emosi, apa maunya PLN ? Tidak ada hujan, tidak ada angin seenaknya sendiri memadamkan listrik. Toh, kita bayar kan? PLN sendiri yang mengatakan bahwa kalau kita bayar teratur tidak akan ada pemadaman. Untung notebook saya masih bisa nyala, saya cari-cari info pertandingan online melalui Google selain juga bertanya pada teman-teman di facebook. Sempat berpikir juga enaknya kalau kita telah mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, bisa menonton sepak bola tanpa ada pemadaman atau bagaimana asyiknya jika yang mengelola listrik tidak hanya PLN, pasti kita akan memilih perusahaan yang lebih mampu memuaskan konsumennya.

Pada pagi hari saya pikirkan apa yang terjadi pada diri saya malam tadi dan bertanya-tanya, mengapa saya merasa begitu kehilangan karena tidak bisa menyaksikan siaran langsung pertandingan Timnas Indonesia vs Thailand? Saya kira ada beberapa opsi jawaban, yaitu :
  1. Teguran Tuhan agar saya tidak usah terlalu larut dalam gempita kemenangan Timnas kita
  2. Agar saya tidak usah terlalu menyukai permainan sepak bola
  3. Karena laga itu di Indonesia, nonton langsung saja ke Gelora Bung Karno
  4. Itu bukan laga penting karena Timnas Indonesia sudah memimpin angka
  5. Tuhan memberi kesempatan saya untuk bernostalgia masa kecil saat listrik masih susah
  6. Saya terlalu capek sehingga disuruh tidur malam lebih awal
  7. Tuhan menyuruh saya untuk menjadi orang yang pemalas saja yang sejak sore hari sudah masuk kamar dan tidur
Oh….No, no,no! Saya tidak suka dan tidak mau menjadi yang poin ke-7. Yang pasti, saya ogah terlalu berharap. Kalau listrik menyala saya akan menonton dan kalau listrik mau padam lagi, TERSERAH !


Murid-murid yang Membuat Awet Muda

Ada yang berpendapat bahwa menjadi guru atau pendidik di Taman Kanak-Kanak harus lah orang yang sabar. Menurut saya tidak juga, di manapun tempat kita bekerja dan berkarya sifat sabar itu harus ada. Tapi kalau ada yang mengatakan bahwa menjadi menjadi guru atau pendidik di Taman Kanak-Kanak akan membuat kita awet muda, 100% saya percaya. Bagaimana tidak awet muda setiap hari selalu ada kejadian atau komentar mereka yang memancing kita untuk tertawa meski itu tidak kita lakukan di depan mereka. Berikut ini kejadian yang masih selalu saya ingat :
  1. Naoko
Saat anak-anak di kelas belajar mengenal pekerjaan, ada anak yang selalu mengacungkan jari setiap guru menanyakan apa pekerjaan ayah dan ibu mereka. Anak itu bernama Didi.
“ Siapa yang punya ayah seorang guru ?” Didi teriak, “ Sayaaaa……..”
“ Siapa yang ayahnya polisi ?” Didi teriak lagi, “ Sayaaaa……….”
“ Siapa yang ayahnya dokter ?” Didi menjawab lagi dengan lantang, “ Sayaaaa…”
Bisa jadi Naoko yang duduk tidak jauh dari Didi tidak tahan melihat ulah Didi yang terlalu aktif. Spontan berkomentar dengan wajah penasaran, “ Didi, ayahku Cuma satu koq ayahmu banyak sekali ya ?”
  1. Farah
Orang tua Farah pernah mengusulkan agar putrinya menjadi mayoret di drum band sekolah. Disebabkan tahun kemarin banyak yang berminat menjadi mayoret maka Farah masuk daftar tunggu. Nah, tahun ini Farah baru bisa menjadi mayoret. Farah anaknya cantik namun agak pemalu, maka di kelas Ia pun pelan-pelan saya rayu.
“ Mbak Farah memang siap menjadi mayoret, kan ?” Saya tersenyum ke arah Farah yang duduk di sebelah Yustici. Farah menunduk, saya ulangi lagi pertanyaan saya.
“ Benar kan Mbak Farah mau jadi mayoret ?” Farah berbisik di telinga Yustici yang kemudian berkata, “ Bu Guru bagaimana sich, Mbak Farah kan mau jadi guru koq disuruh jadi mayoret…?”
  1. Warda
Bu Fatma, guru pendamping saya di kelas memang masi sangat muda. Beliau baru lulus SMU dan sekarang sedang kuliah mengambil jurusan S1 PAUD. Pada suatu hari Warda bertanya pada Bu Fatma, “ Bu Fatma baru saja lulus SMU, ya ?”
“ Iya, memangnya ada apa Mbak Warda ?” Kata Bu Fatma.
“ Masih kuliah ?” Tanya Warda sambil nyengir sombong tapi menurutku justru terlihat lucu.
“ Iya…” Jawab Bu Fatma sambil tersenyum.
“ Masih kuliah koq sudah ngajar aku, Bu…” Kata Warda dengan ketus.
  1. Fafa
Sekolah kami selalu mengadakan acara buka puasa bersama setiap bulan Ramadhan. Buka bersama itu diadakan berkeliling dari satu rumah guru ke guru yang lain, satu minggu dua kali. Salah satu guru, Bu Emmy memiliki putri yang juga menjadi murid di sekolah kami. Putri Beliau bernama Fafa.
Saat kami datang, banyak anak-anak tetangga Bu Emmy bermain di halaman rumah. Tidak lama kemudian Fafa keluar memakai baju dan rok motif bunga berenda berwarna pink. Fafa baru selesai mandi. Salah satu anak yang sedang bermain itu lalu berdiri menghampiri Fafa dan bertanya, “ Baju dan rok seperti ini yang rasa jeruk ada, nggak ?”
  1. Putri dan Vida
“ Ayo menggambar bebas, apa saja sesuai cita-cita anak-anak. Kalau ingin menjadi pilot, menggambar pilot. Kalau ingin menjadi guru, itu bagus sekali. Cita-cita yang sangat mulia…” Anak-anak menyambut dengan bersuka cita,” yeaaaa…..” Beragam cita-cita anak. Hanya satu yang perlu diluruskan yaitu Vida, karena ia kalau sudah besar bercita-cita menjadi pengantin namun Vida kemudian mau diarahkan untuk menggambar cita-cita yang lain.
Putri yang duduk paling dekat dengan saya, mendekat, dan berbisik, “ Bu, saya ingin menjadi Ibu”. Saya tersenyum, “ Bagus sekali, menggambar yang sempurna ya..” Putri mengangguk dengan mata berbinar ceria dan kembali ke tempat duduknya. Pengertian saya ia bercita-cita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Menurut saya itu tidak kalah mulia.
Putri mulai menggambar. Ia menggambar seorang Ibu dan Ayah yang menggandeng dua anak perempuan. Saya meminta Putri untuk menggambar yang lain seperti rumah, jalan, kebun, atau taman. Putri menolak. Saya memintanya lagi, Putri masih juga menolak. Ya, sudahlah….
Tidak lama kemudian Putri berdiri, gambarnya sudah selesai namun belum ada satu pun teman lain yang selesai. Putri bertanya pada saya, “ Bu, anaknya mau saya tambah lagi “. “ Menggambar yang lain Mbak Putri, nanti Bu Guru bantu sedikit”. Jawab saya, Putri menggeleng.
Ketika ada anak yang mengumpulkan gambarnya baru kemudian Putri ikut maju mengumpulkan karyanya. Gambar anak di situ sudah ada enam, Untung segera dikumpulkan. Kalau tidak pasti anaknya akan bertambah lagi.
Saya berjalan berkeliling melihat gambar anak-anak yang lain, namun mengapa Naoko duduknya menjauhi Vida? Ia tadi duduk di dekat Vida yang saat ini masih asyik mewarnai gambarnya.
“ Ada apa, Naoko ?” Naoko menggeleng. Ia lalu beringsut kembali duduk mendekati Vida. Setelah merapikan peralatan gambarnya, Naoko berkata pelan pada Vida, “ Vida, biarpun kamu menggambar kapal laut tapi kamu tidak bercita-cita menjadi bajak laut kan..”
Nah, siapa mau menyusul untuk menjadi guru taman kanak-kanak ?

NB. Motivasi jangan cuma agar menjadi awet muda ya…

Jumat, 10 Desember 2010

Ocean of Love (Part-1)

I did enjoy hiking

Since I was born until the end of my high school I spent in this village, Tersono.A small village in Central Java,Indonesia. Many friends, many memories but now all my friends were busy with their families. Maybe just me who has not reached that stage.

Not too much has changed. Tersono's still cool as ever. To the south from Tersono is the Dieng Plateau which looks like a sleeping beauty. Slightly forward in front of it but rather to the west there is the peak of Mount Blanket.It always be foggy and full of mystery. I'm with my scout and scouts from the town had almost conquered the peak of the mountain. The rain and soaking wet, we have been through several surrounding hills, mired in the land of the former pine forest hollow where wild boar, and pursue a bridge of two palm trees that stretched across the river.

Fog continues to decline, we remain steely spirit but we still are not allowed to climb Mount Blanket. Finally we took a circular path through the tea plantations to the town. Some friends from the town girl scout were walking with their feet astride, backpacks dragged, and kept their mouths calling their mama.

Boys from town often looks like a stranger. As we were hiking in the Dieng Plateau, on the way in the forest we saw some boys from town with nice dress and shoes lying nearly unconscious. They do not bring water to drink, just bring  flags, a portable CD player, and camera. Maybe they think there are cafes in the middle of the forest ?
We arrived at the inn at 11.00 AM. Towards dusk, we were prepared to tidy fragrant streets of the nearest object. From a distance their flags arise and sank in the middle distance final downhill.

In the eastern village of Tersono there are some of the most eastern of the river but close to the border is the river Hairy-Devil. Small time direct neck feathers goose bumps to hear the name of that river. The first time I crossed above the bridge I closed my eyes.

In the west and north of Tersono is the door of civilization. Tersono best kids with affluent economy looks dashing and aristocratic when leaving and returning to school. They only talk about important things, not words from the language of this country tucked here and there. With them I communicate pretty well, I do not know why.


Repost and edited from kompasiana.com

Kamis, 02 Desember 2010

Lomba Kreativitas Guru

Lomba Tingkat Kabupaten

Satu team kita terdiri dari tiga orang. Disebabkan karena tema yang diambil adalah tema untuk semester dua akhirnya kita sepakat untuk untuk mengambil tema Pekerjaan. Persiapan bahan-bahan yang kita perlukan adalah:









Selain bahan-bahan itu, kami juga membawa beras, nasi, lontong, tepung beras, dan tepung terigu. Ya, kami harus benar-benar all out menjelaskan bagaimana kondisi para petani Indonesia di negara yang katanya negara agraris ini dan membandingkan dengan kondisi petani gandum. Lihatlah bagaimana kondisi petani-petani tanaman padi kita ! Selain itu minimnya penguasaan teknologi, pemasaran, dan inovasi makin memperparah keadaan. Saya sendiri yang lahir dan besar di Indonesia justru lebih lekat dengan gambar para petani gandum dengan latar belakang kincir angin. Gambar itu ada di bungkus crackers yang kerap kali Ibu saya belikan untuk anak-anaknya.Maka, diharapkan anak-anak siswa Taman Kanak-Kanak mendapat bekal semangat dan motivasi untuk memajukan industri pertanian di Indonesia.

Caping petani kita hias dengan kain flanel yang telah kita bentuk menjadi bentuk-bentuk geometri dan angka. Dibawahnya pun kita beri perekat agar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan motorik kasar anak, misal dengan mengadakan lomba menempel di kelas. Capingnya pun dapat digunakan untuk bermain drama, makanya kita tidak hanya menyediakan satu caping.

Hasil lomba kita meraih juara 1 dan siap mengikuti lomba tingkat Jawa Tengah tanggal 18 Desember yang akan datang (Rencana sebelumnya adalah tanggal 13 Desember namun ada perubahan jadwal). Apa yang kita persiapkan? Bahan-bahan untuk lomba yang tingkat Jawa Tengah telah disediakan oleh panitia, maka kita pun harus benar-benar dapat memanfaatkan bahan-bahan tersebut. Ya, dalam bayangan saya akan ada salju, igloo, daun mapel, pinguin, kereta salju....EUREKA!Saya telah menemukan untuk tema semester dua; Air, Udara, Api dan juga tema Alam Semesta. Thanks, God....Kami akan melakukan yang terbaik dalam lomba kreativitas tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Visi dan Misi Guru TK ABA I Penyangkringan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah Indonesia

                                                       Oleh : Aini Lutfiyah, S.IP

A. Rasional dan Tujuan

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu. (QS. Adz-Dzariyat : 56 )

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang melaksanakan amal kebaikan yaitu Dia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang sebelum mereka. (QS. An Nuur : 55 )

Niscaya Allah meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang memiliki ilmu ( Al Qur’an ). ( QS. Al Mujadilah : 11 )

Nabi SAW telah berkata: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya lah yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani, atau Majusi. ( Al Hadits )

Guru, peserta didik, kurikulum, dan lingkungan merupakan empat komponen utama pendidikan. Keempat komponen ini saling berkait dan saling mempengaruhi serta tidak dapat tidak dapat dipisahkan antara satu komponen dengan lainnya. Di dalam interaksi belajar mengajar guru memegang kendali utama untuk tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki visi dan misi yang jelas demi tercapainya tujuan pembelajaran.


B. Visi Guru

Setiap guru harus merumuskan dan memiliki visi. Apakah visi itu ? Visi adalah:

1. Wawasan yang menjadi sumber arahan bagi guru dan digunakan untuk memandu perumusan misi guru.
2. Pandangan jauh ke depan bahwa guru tidak hanya sekedar datang, menyampaikan materi, dan pulang
3. Gambaran masa depan yang dinginkan oleh guru

Visi Guru Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal Penyangkringan I Kecamatan Weleri selaras dengan visi sekolah yaitu terciptanya sistem pendidikan pra sekolah yang kondusif, demokratis, Islami, dan diridhoi Allah SWT dalam rangka mengembangkan potensi anak sejak dini sesuai kemampuan dan tingkat perkembangannya.




C. Misi Guru

Misi adalah adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam merumuskan visi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga yang terkait dengan sekolah. Jadi, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Misi guru Taman Kanak-Kanak adalah :

1. Membekali kehidupan anak dengan keimanan, keislaman, dan keihsanan
Guru mendampingi kehidupan anak didik hanya 30 jam dalam satu minggu namun diharapkan guru mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan pada diri setiap anak. Perincian penanaman nilai-nilai dijabarkan dalam buku Pengembangan Islam Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal yang diterbitkan oleh PP Aisyiyah Bagian Dikdasmen adalah sebagai berikut :

a. Menyebutkan ciptaan Allah SWT antara lain bagian tubuh manusia, unsur keluarga, orang-orang yang berjasa, hewan, tanaman, sayur mayur, buah-buahan, dan bunga-bungaan.
b. Menyebutkan beberapa sifat Allah SWT
c. Menyebutkan beberapa Nabi Muhammad SAW
d. Menghafal surat-surat pendek
e. Menghafal ucapan dua kalimat syahadat dengan artinya
f. Menyebutkan nama-nama shalat lima waktu
g. Mengenal amaliyah pada bulan Ramadhan
h. Mengenal zakat fitrah
i. Menghafal lafazh-lafazh do’a
j. Menghafal kalimah thoyyibah
k. Mengenal akhlak yang baik dalam keseharian
l. Berakhlak baik terhadap sesama manusia
m. Berakhlak baik terhadap alam semesta
n. Dapat menghafal hari-hari besar Islam

Pemahaman keagamaan anak usia 4-6 tahun masih dominan dipengaruhi oleh faktor dari luar diri anak meski ketertarikan terhadap agama memang sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4 tahun. Karakteristik perkembangan nilai agama pada masa kanak-kanak adalah :

a. Kurang mendalam
b. Egosentris
c. Anthromorphis ( Keadaan Tuhan dianggap sama dengan manusia )
d. Verbalisme dan Ritualis ( Kalimat-Kalimat Agamis )
e. Imitatif ( Meniru )
f. Rasa heran ( Disebabkan oleh rasa ingin tahu yang besar )

Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan agar kematangan anak dalam nilai agama dan moral dapat dicapai. Lima metode tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan dengan keteladanan
b. Pendidikan dengan pembiasaan
c. Pendidikan dengan nasihat (bercerita)
d. Pendidikan dengan memberi perhatian ( makhluk ciptaan Allah )
e. Pendidikan dengan hukuman ( Ini lebih baik tidak dilakukan )

Muhammad Iqbal pernah menyatakan :

“ …..Man is a free responsible being ; he is the maker of his own destiny and his salvation is his own business. There is no mediator between God and man…” ( Muhammad Iqbal : 1977, 69 )


Dalam proporsi anak, pengertian ini disampaikan agar anak mengetahui tentang posisi manusia bahwa cara beribadah yang benar adalah dengan tidak melalui perantara melainkan langsung kepada Allah. Setiap perbuatan manusia pun kelak akan dihisab atau dihitung oleh Allah SWT.



2. Sarana untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT

Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya seperti yang disampaikan dalam hadits riwayat Muslim, “ Gunakan waktu yang lima sebelum datang yang lima “. Selain itu manusia juga diperintahkan untuk berbuat baik dan pandai mensyukuri nikmat yang dilimpahkan Allah kepada kita (QS. 31 ; 14)
Nikmat akal pikiran, kesehatan, kesempatan, kelapangan, semua anggota badan yang demikian sempurna dari otak diujung kepala kita sampai nikmat syaraf di ujung-ujung jemari, dan juga nikmat kedamaian di negara kita semua wajib kita syukuri. Tidak terbayangkan betapa susah dan rumitnya para guru dalam mendidik kanak-kanak jika negara dalam kondisi carut-marut dan darurat perang.
Semua bentuk dedikasi ini diniatkan untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT karena guru sebagai manusia tidak mengetahui tentang kondisi kehidupan bagaimana yang akan anak didik kita hadapi kelak. Kepastian yang ada hanyalah janji Allah SWT bahwa orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu akan Allah angkat derajatnya (QS. 58 : 11 ) dan bahwa orang-orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan akan Allah jadikan sebagai khalifah di bumi ( QS. 24 : 11 ). Para orang tua telah memilih guru dan sekolah yang dianggap tepat untuk mendidik putera-puterinya, sudah sepatutnya amanah tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.


3. Mendeteksi potensi anak dan berupaya untuk mengembangkannya sedini mungkin dalam suasana yang demokratis
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi ;

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara “.

Sementara itu di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 menjelaskan ;

“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ‘.

Prinsip-prinsip pembelajaran agar potensi anak dapat berkembang adalah ;

a. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain
Kelompok A menitikberatkan pada kegiatan bermain sambil belajar, sementara untuk peserta didik kelompok B dengan kegiatan belajar sambil bermain.
b. Pembelajaran berorientasi pada perkembangan anak
c. Berorientasi pada kebutuhan anak
d. Berpusat pada anak ( sebagai subyek )
e. Tematik
f. PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan )
g. Mengembangkan kecakapan hidup
h. Pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif
i. Demokratis ( Interaksi guru dan anak didik optimal )
j. Bermakna ( Mencapai kompetensi atau tujuan )

Lingkungan dimana anak berada memiliki peran penting dalam membentuk pengertian dalam proses pendeteksian potensi anak sehingga kemudian Clifford dan Wilson (2000) mendeskripsikan pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu sebagai berikut :

a. Menekankan adanya pemecahan masalah (problem solving)
b. Pembelajaran terjadi di berbagai konteks (multiple contexts)
c. Membimbing siswa untuk memonitor hasil belajarnya sehingga ia mampu belajar secara mandiri
d. Pembelajaran menggunakan berbagai ragam kehidupan siswa sebagai titik pijak
e. Siswa berasal dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang, sosial, dan budaya berbeda.
f. Mendorong siswa untuk saling belajar dengan temannya
g. Menerapkan otentik asasmen ( authentic assassment )



D. PENUTUP

Dengan adanya kesamaan visi antara sekolah dan guru diharapkan akan lebih memudahkan langkah-langkah guru dalam menjalankan misi sekolah yang telah dirumuskan.



Tulisan ini dibuat sebagai syarat untuk lomba guru ABA Berprestasi Kabupaten Kendal Tahun 2010.