Minggu, 12 Desember 2010

Murid-murid yang Membuat Awet Muda

Ada yang berpendapat bahwa menjadi guru atau pendidik di Taman Kanak-Kanak harus lah orang yang sabar. Menurut saya tidak juga, di manapun tempat kita bekerja dan berkarya sifat sabar itu harus ada. Tapi kalau ada yang mengatakan bahwa menjadi menjadi guru atau pendidik di Taman Kanak-Kanak akan membuat kita awet muda, 100% saya percaya. Bagaimana tidak awet muda setiap hari selalu ada kejadian atau komentar mereka yang memancing kita untuk tertawa meski itu tidak kita lakukan di depan mereka. Berikut ini kejadian yang masih selalu saya ingat :
  1. Naoko
Saat anak-anak di kelas belajar mengenal pekerjaan, ada anak yang selalu mengacungkan jari setiap guru menanyakan apa pekerjaan ayah dan ibu mereka. Anak itu bernama Didi.
“ Siapa yang punya ayah seorang guru ?” Didi teriak, “ Sayaaaa……..”
“ Siapa yang ayahnya polisi ?” Didi teriak lagi, “ Sayaaaa……….”
“ Siapa yang ayahnya dokter ?” Didi menjawab lagi dengan lantang, “ Sayaaaa…”
Bisa jadi Naoko yang duduk tidak jauh dari Didi tidak tahan melihat ulah Didi yang terlalu aktif. Spontan berkomentar dengan wajah penasaran, “ Didi, ayahku Cuma satu koq ayahmu banyak sekali ya ?”
  1. Farah
Orang tua Farah pernah mengusulkan agar putrinya menjadi mayoret di drum band sekolah. Disebabkan tahun kemarin banyak yang berminat menjadi mayoret maka Farah masuk daftar tunggu. Nah, tahun ini Farah baru bisa menjadi mayoret. Farah anaknya cantik namun agak pemalu, maka di kelas Ia pun pelan-pelan saya rayu.
“ Mbak Farah memang siap menjadi mayoret, kan ?” Saya tersenyum ke arah Farah yang duduk di sebelah Yustici. Farah menunduk, saya ulangi lagi pertanyaan saya.
“ Benar kan Mbak Farah mau jadi mayoret ?” Farah berbisik di telinga Yustici yang kemudian berkata, “ Bu Guru bagaimana sich, Mbak Farah kan mau jadi guru koq disuruh jadi mayoret…?”
  1. Warda
Bu Fatma, guru pendamping saya di kelas memang masi sangat muda. Beliau baru lulus SMU dan sekarang sedang kuliah mengambil jurusan S1 PAUD. Pada suatu hari Warda bertanya pada Bu Fatma, “ Bu Fatma baru saja lulus SMU, ya ?”
“ Iya, memangnya ada apa Mbak Warda ?” Kata Bu Fatma.
“ Masih kuliah ?” Tanya Warda sambil nyengir sombong tapi menurutku justru terlihat lucu.
“ Iya…” Jawab Bu Fatma sambil tersenyum.
“ Masih kuliah koq sudah ngajar aku, Bu…” Kata Warda dengan ketus.
  1. Fafa
Sekolah kami selalu mengadakan acara buka puasa bersama setiap bulan Ramadhan. Buka bersama itu diadakan berkeliling dari satu rumah guru ke guru yang lain, satu minggu dua kali. Salah satu guru, Bu Emmy memiliki putri yang juga menjadi murid di sekolah kami. Putri Beliau bernama Fafa.
Saat kami datang, banyak anak-anak tetangga Bu Emmy bermain di halaman rumah. Tidak lama kemudian Fafa keluar memakai baju dan rok motif bunga berenda berwarna pink. Fafa baru selesai mandi. Salah satu anak yang sedang bermain itu lalu berdiri menghampiri Fafa dan bertanya, “ Baju dan rok seperti ini yang rasa jeruk ada, nggak ?”
  1. Putri dan Vida
“ Ayo menggambar bebas, apa saja sesuai cita-cita anak-anak. Kalau ingin menjadi pilot, menggambar pilot. Kalau ingin menjadi guru, itu bagus sekali. Cita-cita yang sangat mulia…” Anak-anak menyambut dengan bersuka cita,” yeaaaa…..” Beragam cita-cita anak. Hanya satu yang perlu diluruskan yaitu Vida, karena ia kalau sudah besar bercita-cita menjadi pengantin namun Vida kemudian mau diarahkan untuk menggambar cita-cita yang lain.
Putri yang duduk paling dekat dengan saya, mendekat, dan berbisik, “ Bu, saya ingin menjadi Ibu”. Saya tersenyum, “ Bagus sekali, menggambar yang sempurna ya..” Putri mengangguk dengan mata berbinar ceria dan kembali ke tempat duduknya. Pengertian saya ia bercita-cita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Menurut saya itu tidak kalah mulia.
Putri mulai menggambar. Ia menggambar seorang Ibu dan Ayah yang menggandeng dua anak perempuan. Saya meminta Putri untuk menggambar yang lain seperti rumah, jalan, kebun, atau taman. Putri menolak. Saya memintanya lagi, Putri masih juga menolak. Ya, sudahlah….
Tidak lama kemudian Putri berdiri, gambarnya sudah selesai namun belum ada satu pun teman lain yang selesai. Putri bertanya pada saya, “ Bu, anaknya mau saya tambah lagi “. “ Menggambar yang lain Mbak Putri, nanti Bu Guru bantu sedikit”. Jawab saya, Putri menggeleng.
Ketika ada anak yang mengumpulkan gambarnya baru kemudian Putri ikut maju mengumpulkan karyanya. Gambar anak di situ sudah ada enam, Untung segera dikumpulkan. Kalau tidak pasti anaknya akan bertambah lagi.
Saya berjalan berkeliling melihat gambar anak-anak yang lain, namun mengapa Naoko duduknya menjauhi Vida? Ia tadi duduk di dekat Vida yang saat ini masih asyik mewarnai gambarnya.
“ Ada apa, Naoko ?” Naoko menggeleng. Ia lalu beringsut kembali duduk mendekati Vida. Setelah merapikan peralatan gambarnya, Naoko berkata pelan pada Vida, “ Vida, biarpun kamu menggambar kapal laut tapi kamu tidak bercita-cita menjadi bajak laut kan..”
Nah, siapa mau menyusul untuk menjadi guru taman kanak-kanak ?

NB. Motivasi jangan cuma agar menjadi awet muda ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar