Kamis, 02 Desember 2010

Visi dan Misi Guru TK ABA I Penyangkringan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah Indonesia

                                                       Oleh : Aini Lutfiyah, S.IP

A. Rasional dan Tujuan

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu. (QS. Adz-Dzariyat : 56 )

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang melaksanakan amal kebaikan yaitu Dia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang sebelum mereka. (QS. An Nuur : 55 )

Niscaya Allah meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang memiliki ilmu ( Al Qur’an ). ( QS. Al Mujadilah : 11 )

Nabi SAW telah berkata: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya lah yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani, atau Majusi. ( Al Hadits )

Guru, peserta didik, kurikulum, dan lingkungan merupakan empat komponen utama pendidikan. Keempat komponen ini saling berkait dan saling mempengaruhi serta tidak dapat tidak dapat dipisahkan antara satu komponen dengan lainnya. Di dalam interaksi belajar mengajar guru memegang kendali utama untuk tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki visi dan misi yang jelas demi tercapainya tujuan pembelajaran.


B. Visi Guru

Setiap guru harus merumuskan dan memiliki visi. Apakah visi itu ? Visi adalah:

1. Wawasan yang menjadi sumber arahan bagi guru dan digunakan untuk memandu perumusan misi guru.
2. Pandangan jauh ke depan bahwa guru tidak hanya sekedar datang, menyampaikan materi, dan pulang
3. Gambaran masa depan yang dinginkan oleh guru

Visi Guru Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal Penyangkringan I Kecamatan Weleri selaras dengan visi sekolah yaitu terciptanya sistem pendidikan pra sekolah yang kondusif, demokratis, Islami, dan diridhoi Allah SWT dalam rangka mengembangkan potensi anak sejak dini sesuai kemampuan dan tingkat perkembangannya.




C. Misi Guru

Misi adalah adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam merumuskan visi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga yang terkait dengan sekolah. Jadi, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Misi guru Taman Kanak-Kanak adalah :

1. Membekali kehidupan anak dengan keimanan, keislaman, dan keihsanan
Guru mendampingi kehidupan anak didik hanya 30 jam dalam satu minggu namun diharapkan guru mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan pada diri setiap anak. Perincian penanaman nilai-nilai dijabarkan dalam buku Pengembangan Islam Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal yang diterbitkan oleh PP Aisyiyah Bagian Dikdasmen adalah sebagai berikut :

a. Menyebutkan ciptaan Allah SWT antara lain bagian tubuh manusia, unsur keluarga, orang-orang yang berjasa, hewan, tanaman, sayur mayur, buah-buahan, dan bunga-bungaan.
b. Menyebutkan beberapa sifat Allah SWT
c. Menyebutkan beberapa Nabi Muhammad SAW
d. Menghafal surat-surat pendek
e. Menghafal ucapan dua kalimat syahadat dengan artinya
f. Menyebutkan nama-nama shalat lima waktu
g. Mengenal amaliyah pada bulan Ramadhan
h. Mengenal zakat fitrah
i. Menghafal lafazh-lafazh do’a
j. Menghafal kalimah thoyyibah
k. Mengenal akhlak yang baik dalam keseharian
l. Berakhlak baik terhadap sesama manusia
m. Berakhlak baik terhadap alam semesta
n. Dapat menghafal hari-hari besar Islam

Pemahaman keagamaan anak usia 4-6 tahun masih dominan dipengaruhi oleh faktor dari luar diri anak meski ketertarikan terhadap agama memang sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4 tahun. Karakteristik perkembangan nilai agama pada masa kanak-kanak adalah :

a. Kurang mendalam
b. Egosentris
c. Anthromorphis ( Keadaan Tuhan dianggap sama dengan manusia )
d. Verbalisme dan Ritualis ( Kalimat-Kalimat Agamis )
e. Imitatif ( Meniru )
f. Rasa heran ( Disebabkan oleh rasa ingin tahu yang besar )

Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan agar kematangan anak dalam nilai agama dan moral dapat dicapai. Lima metode tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan dengan keteladanan
b. Pendidikan dengan pembiasaan
c. Pendidikan dengan nasihat (bercerita)
d. Pendidikan dengan memberi perhatian ( makhluk ciptaan Allah )
e. Pendidikan dengan hukuman ( Ini lebih baik tidak dilakukan )

Muhammad Iqbal pernah menyatakan :

“ …..Man is a free responsible being ; he is the maker of his own destiny and his salvation is his own business. There is no mediator between God and man…” ( Muhammad Iqbal : 1977, 69 )


Dalam proporsi anak, pengertian ini disampaikan agar anak mengetahui tentang posisi manusia bahwa cara beribadah yang benar adalah dengan tidak melalui perantara melainkan langsung kepada Allah. Setiap perbuatan manusia pun kelak akan dihisab atau dihitung oleh Allah SWT.



2. Sarana untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT

Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya seperti yang disampaikan dalam hadits riwayat Muslim, “ Gunakan waktu yang lima sebelum datang yang lima “. Selain itu manusia juga diperintahkan untuk berbuat baik dan pandai mensyukuri nikmat yang dilimpahkan Allah kepada kita (QS. 31 ; 14)
Nikmat akal pikiran, kesehatan, kesempatan, kelapangan, semua anggota badan yang demikian sempurna dari otak diujung kepala kita sampai nikmat syaraf di ujung-ujung jemari, dan juga nikmat kedamaian di negara kita semua wajib kita syukuri. Tidak terbayangkan betapa susah dan rumitnya para guru dalam mendidik kanak-kanak jika negara dalam kondisi carut-marut dan darurat perang.
Semua bentuk dedikasi ini diniatkan untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT karena guru sebagai manusia tidak mengetahui tentang kondisi kehidupan bagaimana yang akan anak didik kita hadapi kelak. Kepastian yang ada hanyalah janji Allah SWT bahwa orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu akan Allah angkat derajatnya (QS. 58 : 11 ) dan bahwa orang-orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan akan Allah jadikan sebagai khalifah di bumi ( QS. 24 : 11 ). Para orang tua telah memilih guru dan sekolah yang dianggap tepat untuk mendidik putera-puterinya, sudah sepatutnya amanah tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.


3. Mendeteksi potensi anak dan berupaya untuk mengembangkannya sedini mungkin dalam suasana yang demokratis
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi ;

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara “.

Sementara itu di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 menjelaskan ;

“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ‘.

Prinsip-prinsip pembelajaran agar potensi anak dapat berkembang adalah ;

a. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain
Kelompok A menitikberatkan pada kegiatan bermain sambil belajar, sementara untuk peserta didik kelompok B dengan kegiatan belajar sambil bermain.
b. Pembelajaran berorientasi pada perkembangan anak
c. Berorientasi pada kebutuhan anak
d. Berpusat pada anak ( sebagai subyek )
e. Tematik
f. PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan )
g. Mengembangkan kecakapan hidup
h. Pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif
i. Demokratis ( Interaksi guru dan anak didik optimal )
j. Bermakna ( Mencapai kompetensi atau tujuan )

Lingkungan dimana anak berada memiliki peran penting dalam membentuk pengertian dalam proses pendeteksian potensi anak sehingga kemudian Clifford dan Wilson (2000) mendeskripsikan pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu sebagai berikut :

a. Menekankan adanya pemecahan masalah (problem solving)
b. Pembelajaran terjadi di berbagai konteks (multiple contexts)
c. Membimbing siswa untuk memonitor hasil belajarnya sehingga ia mampu belajar secara mandiri
d. Pembelajaran menggunakan berbagai ragam kehidupan siswa sebagai titik pijak
e. Siswa berasal dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang, sosial, dan budaya berbeda.
f. Mendorong siswa untuk saling belajar dengan temannya
g. Menerapkan otentik asasmen ( authentic assassment )



D. PENUTUP

Dengan adanya kesamaan visi antara sekolah dan guru diharapkan akan lebih memudahkan langkah-langkah guru dalam menjalankan misi sekolah yang telah dirumuskan.



Tulisan ini dibuat sebagai syarat untuk lomba guru ABA Berprestasi Kabupaten Kendal Tahun 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar